Sabtu, 04 Juli 2009


PENGERTIAN
Manajamen Internasional adalah proses penerapan teknik-teknik dan konsep dan konsep manajemen dalam arena lingkungan internasinal.
Dalam era globalisasi sekarang ini, di samping istilah ekonomi internasional yang meliputi perdagangan dan keuangan internasional, ternyata istilah bisnis internasional semakin dikenal dan banyak digunakan. Istilah ini biasanya juga dikaitkan dengan transaksi yang menyangkut ekspor dan impor barang, modal dan jasa lainnya dan pelaku utamanya yang sering disebut sebagai multinational corporation (MNC).
Sehubungan dengan ini, timbul pertanyaan: “apa dan bagaimana perbedaan antara studi bisnis internasional dengan studi ekonomi internasional? “karena pada umumnya, sebagian besar topuk yang dibicarakan dalam kedua bidang studi tersebut relative sama. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu pengertian dan beberapa aaspek dari bisnis internasional, sehingga dapat dipahami perbedaaan antara keduanya.
Bisnis intrnasional (BI) diartikan sebagai suatu studi tentang transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan internasional (ekspor dan impor) dan foreign investment (baik direct maupun indirect atau portofolio) yang dilakukan oleh individu dan perusahaan atau organisasi dengan tujuan mendapatkan/ manfaat tertentu. Sedangkan, ekonomi internasional (ekin) diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis tentang transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor), yang meliputi perdagangan, keunagan dan moneter, serta organisasi (swasta dan pemerintah) dan kerja sama ekonomi antarnegara (internation).
Dari perbandingan kedua pengertian di atas, dapat dikemukakan beberapa perbedaan pokok antara keduanya, yaitu sebagai berikut:
1. Studi bisnis internasional lebih menekankan multi aspek sari aplikasi transaksi internasional, sedangkan studi ekonomi internasional lebih menekankan aspek teori ekonomi normative dari transaksi internasional.
2. Karena bersifat multi aspek, maka studi bisnis internasional mempunyai pendekatan interdiscipl nary, sedangkan studi ekonomi internasional lebih menekanakan aspek ilmu ekonomi.
3. Studi bisnis internasional relative lebih menekankan aspek mikro, sedangkan ekonomi internasional relative lebih menekanakan aspek makro.
4. Studi bisnis internasional lebih menekanakan aspek manajerial stategis, sedangkan ekonomi internasional lebih menekankan aspek teoritis.
Dalam era globalisasi saat ini, yang ditandai dengan adanya keterbukaan, keterkaitan, ketergantungan dan persaingan yang semakin ketat, telah menyebabkan tuntutan pengetahuan tentang teori dan praktik bisnis internasional semakin dirasakan bagi setiap individu, organisasi/perusahaan, maupun Negara/pemerintah. Tuntutan pengetahuan teori dan praktek bisnis internasional tersebut merupakan konsekuensi logis dari proses interaksi dari komponen utama yang merupakan motor globalisasi yaitu sebagai berikut:
• Deregulation
• Invention/innovation/diffusion
• Competitive advantage
• Cros borderless
Keempat komponen utama diatas, baik secara langsung maupun tidak langsung sangat berkaitan langsung dengan bisnis internasional. Arus globalisasi akibat modernisasi dan kemajuan tekhnologi dibidang manufacturing, rekasa tekhnologi, transportasi dan telekomunikasi telah mendorong setiap perusahaan maupun perusahaan untuk melakukan deregulasi agar dapat mengikuti dan melakukan invention, innovation dan diffusion untuk dapat memiliki competitive advantage dalam menghadapi berbagai kativitas bisnis internasional yang bersifat cross borderless.
RUANG LINGKUP MANAJMEN BISNIS INTERNASIONAL
Ruang lingkup manajemen bisnis internasional pada hakikatnya adalah suatu studi yang mempelajari dan menganalisis tentang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan atas sumber daya alam,sumber daya manusia, sumber daya terknologi, sumber daya keuangan, intrastruktur, entrepreneur dan informasi yang memperhatikan lingkungan.
Ruang lingkup manajemen bisnis internasional meliputi :
1. Tujuan
a. Perluasan penjualan (sales Expansion)
Untuk barang – barang yang tidak mudah rusak perlu perluasan penjualan (market area). Misalnya barang – barang kerajinan tangan
b. Mendekati sumber (resource acquisition)
Resourcenya antara lain man, money, mechine, metode, market, yang
mencakup sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), dan sumber daya capital (SDK).
c. Diversifikasi ( penganekaragaman )
Penjuala produk disesuaikan dengan segmen pasar (selera, daya beli, atau fungsi barang). Misalnya, mobil kijang dijual di Indonesia.
d. Alih Teknologi
Hanya untuk developing country (Negara berkembang )
2. Faktor yang menunjang bisnis internasional
a. Ilmu Hukum
Menurut sejarah perdagangan di Indonesia sebelum tahun 1967 perdagangan internasional sangat minim dan setelah 1967 perdagangan baru mulai meningkat karena sudah ada Undang – undang PMA no.1 tahun 1967 yang mengatur tentang investasi pemilik modal asing, kemudian disusul dengan kebijakan pemerintah berupa Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1995 yang mengatur hak guna, hak sewa, dan hak pakai bagi investor asing sampai 100 tahun untuk pengembalian modalnya.

b. Ilmu sejarah
1. Bisa ditinjau dari bangsa atau keturunan misalnya Inggris mengutamakan Negara – Negara persemakmuran untuk investasi dari pada Negara lain.
2. Indonesia cenderung ke Suriname.
c. Ilmu Geografi
Ditinjau dari jauh dekatnya jarak atau sebaliknya ditinjau pada tujuannya dengan melihat kondisi geografi Negara tujuan.
d. Ilmu kebudayaan
Tujuan- factor pengaruh, misalnya budaya Indonesia baik orang atau pekerjaan yang berkesan malas, suka kendaraan besar.
Faktor pengaruh- tujuan,budaya (antropologi fisik) pada Negara yang akan kita tuju untuk marketing, misalnya ukuran celana : 30 – 40 untuk Eropa, 25 – 30 untuk Jepang.
e. Ilmu Ekonomi
Yang ditinjau kondisi perekonomian dan GNP misalnya Negara maju (develoved country)GNP > (lebih besar dari) – US $ 10.000.
Negara berkembang (developing country)GNP < (lebih kecil dari) – US$ 8.000.
Sistem Ekonomi sosialis –sentrally planned economic, contohnya : Negara Rusia, Korea Utara kuba.
Sistem Ekonomi kapitalis – market ekonomi.
f. Ilmu Politik
Hubungan politik dengan Negara – Negara lain akan menjalin lancarnya bisnis / perdagangan internasional. Pemahaman terhadap system politik,misalnya besar kecilnya pengaruh militer, partai politik, misalnya besar kecilnya pengaruh militer, partai politik yang dominan peran pemerintah terhadap sector swasta, dan lain sebagainya.
Faktor Ekonomi dan Manajemen Internasional
Dapat dinyatakan secara aksiomatis bahwa factor ekonomi merupakan factor yang paling dominan peranan dan pengaruhnya dalam menyelenggarakan manajemen internasional. Dikatakan demikian karena dalam bidang ekonomilah manajemen internasional paling banyakbergerak, yaitu dalam dunia bisnis. Interaksi yang terjadi antara para manajer internasional, baik pada tingkat mikro yaitu dalam suatu perusahaan dan antar perusahaan tingkat nasional, tingkat regional, dan global, justru terjadi di bidang ini. Bahkan lebih dari itu, factor ekonomi merupakan instrument yang digunakan oleh masyarakat bangsa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Faktor ekonomi mencakup berbagai bidang yang sangat luas seperti kebijakan perekonomian nasional, bidang moneter dan fiscal. Kesempatan dan lapangan kerja, industry – baik barang maupun jasa- perdagangan. Kegiatan manufaktur, ekspor, impor, dan bahkan apa yang lumprah disebut sebagai sector informal. Pengelolaan ekonomi secara mantap bermuara pada pengentasan kemiskinan yang masih diderita oleh jutaan manusia. Demikian pentingnya factor ekonomi dalam manajemen internasional sehingga berhasil dalam pengelolaannya sangat ditentukan pula oleh berbagai factor.
3. Sarana Operasional
a. Import
Barang yang dimasukkan ke dari dalam negri ke luar negri
b. Export
Barang yang dikeluarkan / dikirim ke luar yang diharapkan adalah eksport > impor jika export disebut untung (surplus). Jika eksport < import disebut rugi (defisit).
c. Transportasi
Pelayanan angkatan dan penyediaan objek – objek pariwisata adalah sebagian bisnis internasional khususnya yang ditunjukkan untuk menjaring wisatawan asing.
d. Investasi Lansung
e. Penanaman modal yang dilakukan dengan membangun pabrik – pabrik serta menghasilkan produk – produk.
f. Kontrak Manajemen
Berupa pelaksanaan pekerjaan tertentu berdasarkan kontrak, Misalnya : Proyek jalan tol yang dilaksanakan oleh konsultan asing atau swasta dengan pola sesuai perjanjian kontrak yang disepakati.
g. Ijin / Lisensi
Pemberian hak untuk pembuatan produksi, misalnya IPTN pakai lisensi CASA. Shampo Clear berlisensi Elida Gibbs, deterjen Attack lisensi Kao, dan lainnya.
h. Waralaba
Ijin untuk menggunakan merek / nama perusahaan yang sudah terkenal, pada umunya hal makanan. Misalnya, Kentucky fried chicken, mcdonalds, sogo, dll.
i. Perusahaan Transnasional
Perusahaan yang dimiliki oleh suatu Negara / bangsa akan tetapi operasionalnya kebeberapa Negara . Misalnya BCA disebut multinasional, sedangkan TOYOTA disebut transnasional.
4. Fungsional
a. Produksi
b. Marketing / pemasaran
c. Accounting
d. Keuangan
e. Personalia

5. Lingkungan Persaingan
a. Cepat tidaknya penyesuaian produk
b. Ukuran produksi
c. Jumlah konsumen
d. Jumlah yang dikonsumsi oleh konsumen
e. Kecenderungan konsumen
f. Persaingan pesaing local dan internasional
g. Biaya pengiriman produk
h. Kemampuan istimewa pesaing
Ruang lingkup / focus dari studi manajemen bisnis internasional terletak pada permasalahan strategic management yang dijalankan oleh setiap perusahaan besar (MNC), menengah, dan kecil, baik internasional maupun domestic/local.
Dalam hal ini pengertian strategic management adalah suatu ilmu dan seni tentang perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan
(Controlling) atau POAC atas sumber daya (alam, manusia, teknologi, keuangan, infrastruktur, entrepreneur, dan informasi) dengan memperhatikan lingkungan eksternal dan internal, sehingga tujuan organisasi / perusahaan dapat dicapai secara efisien dan efektif. Untuk itu, dalam kaitan dengan manajemen bisnis internasional, tentunya masalah lingkungan akan mencakup aspek yang lebih luas lagi, yaitu lingkungan bisnis internasional.
Dengan demikian strategic management dalam ruang lingkup internasional dapat disebut sebagai internasional dapat disebut sebagai internasional strategic management yang meliputi fungsi – fungsi bisnis berikut.
a.Internasional Production / Operation Management.
b. Internasional Marketing Management.
c. Internasional Financial & Accounting Management.
d. Internasional Human Resource Management.
e. Internasional Management Information System.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup manajemen bisnis internasional pada hakekatnya adalah suatu studi yang mempelajari dan menganalisis tentang perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan (POAC) atas sumber daya (alam, manusia, teknologi, keuangan, infrastruktur, entrepreneur, dan informasi) dengan memperhatikan lingkungan eksternal, baik yang bersifat internasional / global maupun local, dan lingkungan internal agar perusahaan mengetahuipeluang dan ancaman yang dihadapi serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki agar mampu bersaing, baik secara internasional maupun domestic, sehingga dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif.
6. Hubungan Bilateral dan Multilateral
Hubungan bilateral (Inggris: bilateral relations atau bilateralism) adalah suatu hubungan politik, budaya dan ekonomi diantara 2 Negara. Kebanyakan hubungan internasional dilakukan secara bilateral. Misalnya perjanjian politik-ekonomi, pertukaran kedutaan besar, dan kunjungan antar negara. Alternatif dari hubungan bilateral adalah hubungan multilateral; yang melibatkan banyak negara, dan unilateral; ketika satu negara berlaku semaunya sendiri (freewill).








Lampiran Studi Kasus

Opini Bebas Indonesia
December 24, 2007
50 Tahun RI-Jepang
Oleh Marsudi Budi Utomo
Mantan Ketua Pusat Informasi dan Pelayanan PKS Jepang
Peringatan tahun emas hubungan diplomatik Republika Indonesia-Jepang pada 20 Januari 2008 di Jakarta akan dihadiri Pangeran Akishino, putra kedua Kaisar Akihito. Awal perjanjian hubungan diplomatik antara RI dan Jepang ditandatangani oleh menteri luar negeri (menlu) Jepang saat itu Aiichiro Fujiyama dan menlu RI saat itu Subandrio di Jakarta 20 Januari 1958. Perjanjian ini sebagai prasasti abadi yang mengakhiri keadaan perang kedua negara selama 13 tahun sebelumnya.
Perjanjian damai ini menuntut kedua negara dan warga negaranya selalu berada dalam keadaan aman secara nyata dan kekal, serta dalam hubungan baik untuk selamanya. Kedua negara mengharapkan kerja sama ekonomi yang lebih erat selaras dengan semangat perjanjian Asia Afrika di Bandung 18-24 April 1955.
Kesepakatan damai ini juga memuat konsekuensi Jepang memberikan ganti rugi kepada RI sebesar 223.08 juta dolar AS, setara dengan 80.3 miliar yen kurs saat itu. Ini diasumsikan dengan penggantian 1 juta yen per penduduk Indonesia ditaksir berjumlah sekitar 80 juta jiwa. Angka ini mendekati prediksi R Murray Thomas di Asian Survey, Vol 9, No 7 (July, 1969), bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun 1958 adalah 90 juta jiwa. Ganti rugi ini dilakukan secara bertahap selama 12 tahun dalam bentuk bantuan barang produksi dan asistensi pembangunan.
Kekuatan soft power Joseph S Nye dari Harvard’s Kennedy School of Government di bukunya Soft Power: The Means to Success in World Politics, mengungkapkan soft power sebagai kemampuan mencapai tujuan dengan tindakan atraktif dan menjauhi tindakan koersif. Di tataran hubungan internasional, soft power diawali dengan membangun hubungan kepentingan, asistensi ekonomi, sampai tukar-menukar budaya dengan negara lainnya.
Presiden SBY di ASEAN Summit November 2007 lalu juga mengampanyekan soft power untuk membantu penyelesaian Myanmar. Ini karena Myanmar memiliki ciri-ciri yang sama dengan Indonesia yang berada di bawah rezim semi-authoritarian selama 32 tahun. Selama masa itu gerakan oposisi yang menyuarakan demokrasi ditekan kuat sampai menjelang masa reformasi 1997, sama dengan kondisi Myanmar sekarang di bawah tekanan penguasa Jenderal Than Shwe.
Meskipun belakangan soft power menjadi arus global, jauh hari Jepang telah menerapkannya untuk membangun kembali hubungan baik dengan negara-negara bekas jajahan termasuk Indonesia. Jepang menggunakan soft power berupa bantuan ekonomi atau pinjaman lunak untuk memikat hati negara-negara sahabat, lalu dilanjutkan dengan perjanjian bilateral yang mengikat sehingga ketergantungan kepada Jepang meningkat.
Misal, di bidang pendidikan Jepang memberikan beasiswa untuk belajar di universitas-universitas di Jepang. Juga, pembuatan pusat kebudayaan Jepang sebagai sarana infiltrasi budaya. Ini berbeda dengan Amerika yang menerapkan soft power berupa tindakan-tindakan responsif, rhetorical support untuk demokrasi dan HAM, penguasaan opini publik dan kredibilitasnya untuk menguasai percaturan politik dunia.
Berbeda dengan revolusi industri di Eropa, peristiwa demonstrasi mahasiswa memanfaatkan kunjungan PM Kakuei Tanaka dan kerusuhan sosial anti-modal asing yang berubah menjadi Malari 1974 bisa dikatakan awal investasi Jepang ke Indonesia dalam kontek IGGI, CGI, dan pinjaman bilateral. Indonesia banyak memetik manfaat selama 50 tahun hubungan bilateral meskipun Indonesia menjadi objek soft power Jepang.
Bantuan Jepang untuk pembangunan semasa Repelita tidak bisa dipungkiri, meskipun melahirkan konsekuensi pemasokan LNG sampai sekarang. Penandatangan EPA beberapa waktu lalu merupakan perspektif baru hubungan Indonesia-Jepang. EPA merupakan perjanjian ekonomi yang konprehensif yang memuat kesepakatan pengurangan atau penghapusan tarif impor, meningkatkan kapasitas investasi Jepang di Indonesia, dan program-program capacity-building untuk indusri dan SDM.
Dengan penandatanganan EPA ini, Menteri Perdagangan Mari Pangestu memprediksikan di tahun 2010 volume investasi Jepang akan mencapai 65 miliar dolar AS. Angka ini meliputi pembangunan capacity-building di 10 sektor industri, yakni industri otomotif, elektroniks, konstruksi, mesin, fasilitas publik, promosi, makanan, tekstil, besi dan kimia, dan petrokimia. Di sektor perdagangan, Indonesia akan memotong tarif impor lebih dari 10,350 kategori, sementara Jepang akan mengurangi tarif impor untuk 8,350 kategori. Dengan perimbangan seperti ini ekspor Indonesia ke Jepang akan melonjak 14 persen di tahun pertama dan 4.7 persen di tahun-tahun berikutnya.
Industri nasional mesti bersiap memetik buah hubungan emas Indonesia-Jepang. Membengkaknya investasi industri PMA Jepang tahun 2008 hendaknya segera ditengarai sebagai peluang memajukan industri dan teknologi (intek) nasional. Pengembangan sentra-sentra industri yang sudah mapan seperti MM2100 dan Jababeka, serta pembuatan sentra-sentra industri baru harus dibarengi dengan pembangunan sarana pendukungnya. Sarana pendukung ini bisa berupa UKM-UKM pendukung, sentra industri, dan lembaga-lembaga keuangan pendukung UKM-UKM tersebut.
Di satu sisi, kewajiban industri PMA untuk menumbuhkan dan membina UKM-UKM industri untuk pemenuhan 70 persen kandungan lokal akan memperkecil risiko forex. Di sisi lain, secara perlahan dan bertahap industri nasional akan beralih ke industri riil dengan produk jaminan mutu, serta menyerap tenaga kerja nasional berbasis intek.
Peran Islam politik harus diakui adanya saham pahlawan Islam dalam memperjuangankan kemerdekaan RI melawan pendudukan Jepang. Juga, saham umat Islam dan partai-partai Islam berperan penting dalam membuka kembali hubungan diplomatik RI-Jepang dan menjaga hubungan baik selama ini. Memang ada perbedaan mencolok akidah dan ras, tetapi nilai-nilai moral dan adab sopan santun masyarakat Jepang mirip dengan masyarakat Indonesia. Sehingga tak ayal, hubungan budaya kedua negara sangat erat.
Pemerintah Jepang telah melakukan berbagai upaya untuk membangun saling pengertian dan kerja sama melalui bantuan bagi kegiatan-kegiatan ke-Islam-an. Antara lain melakukan kunjungan ke sejumlah pondok pesantren dan mengundang para cendikiawan Islam serta calon-calon pemimpin Muslim masa depan untuk kunjungan kerja ke Jepang. Juga upaya-upaya penguatan sains dan teknologi di pesantren-pesantren daerah.
Dalam bidang politik, pemerintah Jepang juga melakukan pendekatan kepada parpol-parpol Islam, khususnya PKS sebagai partai Islam fenomenal. Sebagai timbal balik, PKS menempatkan kadernya di Pusat Informasi dan Pelayanan Partai Keadilan Sejahtera (PIP PKS) di Jepang. PIP PKS Jepang ini sebagai wadah kader dan simpatisan PKS yang memberikan informasi kiprah PKS kepada konstituen di luar negeri, melakukan komunikasi sosial dan diplomasi politik dengan masyarakat Jepang, parpol, LSM dan lembaga-lembaga resmi di Jepang. Ini untuk menunjukkan kepada Jepang bahwa PKS sebagai brand image umat Islam Indonesia tidak kaku dan bukan sosok menakutkan.
Sumber : Republika Online















Tanggapan
Kerjasama antara Indonesia-Jepang bisa dikatakan kerjasama mutualisme, dimana Indonesia dan Jepang sama-sama mendapatkan keuntungan dari kerjasama tersebut. Meskipun background kedua Negara tersebut berbanding jauh dengan kondisi sekarang, dimana keduanya dulu saling bermusuhan, tetapi semangat kerjasama diantara keduanya tetap baik sampai sekarang. Ini dikarenakan adanya soft power yang diterapkan oleh Jepang untuk membangun kembali hubungan baik dengan Negara-negara bekas jajahannya. Diantaranya dengan memberikan bantuan ekonomi kepada beberapa negara kemudian dilanjutkan dengan perjanjian bilateral yang mengikat, agar tercipta ketergantungan yang besar terhadap Jepang.
Dalam hubungan tersebut, Indonesia dapat mengambil sisi positif meskipun ketergantungan terhadap Jepang begitu besar, tetapi Jepang tidak berupaya untuk menguasai Indonesia. Berbeda dengan Amerika yang secara terang-terangan ingin menguasai politik dunia. Dalam hubungan ini Jepang terus menambah tanaman modalnya di Indonesia dan harus dimanfaatkan dengan baik oleh dunia usaha di dalam negeri. Sehingga banyak para pengamat ekonomi memperkirakan karena peran Jepang, kondisi ekonomi Indonesia pada tahun-tahun berikutnya akan terus meningkat.
Selain itu, Jepang juga memperdulikan sisi spiritual dalam melakukan hubungan internasionalnya dengan Indonesia, karena meskipun memiliki perbedaan akidah dan ras tetapi mereka menganggap nilai-nilai adab dan sopan santun masyarakat Jepang mirip dengan masyarakat Indonesia, oleh karena itu tidak heran hubungan Indonesia-Jepang bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama. Keberadaan Indonesia sebagai negara berpunduduk mayoritas Muslim menjadi warna tersendiri dalam hubungan tersebut. Pemerintah Jepang juga sering mengadakan studi keagamaan yang bersifat penambahan wawasan bagi calon-calon cendekiawan muslim masa depan mengenai teknologi-teknologi yang berkembang. Sehingga diharapkan dapat memperoleh pengetahuan teknologi yang banyak dipadukan dengan pengetahuan agama yang mapan dan tercipta cendekiawan muslim yang berintelektual tinggi. Salah satu dari kerjasama Jepang dalam bidang politik yaitu dengan menggalang kerjasama dengan parpol islam dalm hal ini PKS, dimana pemerintah Jepang menempatkan kader PKS ke Negara Jepang dan mengkomunikasikan tentang wawasan keislaman kepada masyarakat Jepang secara menyeluruh.
Itulah beberapa bukti mengenai hubungan timbal balik antara Indonesia-Jepang yang terdapat banyak sisi positif untuk dikaji dan menyadari bahwa begitu pentingnya peran Jepang atas kemajuan Indonesia khususnya dalam bidang teknologi. Sehingga Indonesia tidak merasa dirugikan dengan adanya kerjasama dengan Negara Jepang.




















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manajamen Internasional adalah proses penerapan teknik-teknik dan konsep dan konsep manajemen dalam arena lingkungan internasinal.
2. Ruang lingkup manajemen bisnis internasional meliputi : Perluasan penjualan (sales Expansion), Mendekati sumber (resource acquisition), Diversifikasi (penganekaragaman), Alih Teknologi.
3. Faktor yang menunjang bisnis internasional antara lain: Ilmu Hukum, Ilmu sejarah, Ilmu Geografi, Ilmu kebudayaan, Ilmu Ekonomi, Ilmu Politik.
4. Sarana Operasional dalam manajemen Internasional meliputi : Import, ekspor, trasportasi, penanaman langsung, investasi langsung, Penanaman modal yang dilakukan dengan membangun pabrik – pabrik serta menghasilkan produk – produk, Kontrak Manajemen, Ijin / Lisensi, waralaba, Perusahaan Transnasional.
5. Hubungan bilateral dan multilateral merupakan aspek yang tidak bisa dilepaskan dari kerjasama antarnegara, karena dengan adanya kerjasama bilateral maupun multilateral hubungan diantara Negara dapat terjalin dengan baik dan akan bertahan lama.


1 komentar: