Sabtu, 04 Juli 2009

BISNIS JEPANG DI AUSTRALIA


A. Resume materi
(Suatu Survei Manajemen Interaksi Industri dengan Faktor Lokasi)

Oleh
Celal Bayari
Lulusan Sekolah Pengembangan Internasional
Universitas Nagoya

Abstrak
Merupakan sebuah wacana tentang riset interaksi perusahaan Jepanga dengan faktor lokasi di Australia yag dapa mempengaruhi keputusan mereka dalam berinvestasi di Australia. Pada dokumen telah diketahui suatu bantahan terhadap enam puluh lima perusahaan yang mengembangkan sektor Industri dengan sepuluh faktor yang berbeda yag dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan.
Hal yag menjadi pertimbangan pada riset tersebut adalah sepuluh faktor lokasi yang terdiri atas:
1. dukungan dari perusahaan induk di Jepang
2. transportasi
3. hubungan industri
4. hubungan perdagangan
5. kesatuan manajemen
6. pasar
7. dukungan dari pemerintah federal terhadap industri dan ekspor
8. Pengenaan pajak yang proporsional (Good service tax/GST)
9. tarif
10. jarak



Kemitraan Jepang dan Australia
Negara Jepang merupakan negara yang selalu dijadikan sebagai imajinasi pemimpin bisnis Australia, pemilik kebijakan Australia da perancang ekonomi setelah perang dunia. Pada media massa negara Jepang pandangan dari negara Australia adalah sebagai lokasi pelancong dan pemasok bahan baku yang membeli dan mobil dan barang elektronik dari Jepang (The Japan Times 2001: 12). Ekspor Australia ke Jepang mencapai 380.000 pekerjaan, dengan upah AUS$ 1.300 untuk setiap pekerja Australia, yang menyumbang 4% daaari PDB negara Australia (Vaile 2001). Australia sangat terkesan dengan metode dan kekuataan Jepang dalam menentukan kebijakan bisnis untuk ekspansi di luar negeri yang sangat mencolok pada tahun tahun 1980-an (Secretariat Jepang 1986. Simposium kemitraan Jepangn Australia 1986,1988). Kemitraan di antara kedua negara ini telah membentuk pertimbangan yang berbeda di antara keduanya dalam rangka menanggapi hubungan kerjasama pada sektor ekonomi regioal (Crawford dan Okita 1976, Toyama dan Tisdell 1991). Hubungan ekonomi antar kedua negara seringkali terbagi dalam pandangan perkembangan global. Pada awal 1980-an, Jepang dan Australia membentuk suatu lembaga yang berkomitmen untuk menerapkan praktik kepemimpinan melalui APEC yang memberikan peranan yang signifikan terhadap proses globalisasi. Mereka (Jepang dan Australia) merupakan profil yang kerjasama antar regional yang mengemukakan bahwa begitu pentingnya institusi regional untuk mengmbangkan perusahaan multinasional yang tidak hanya untuk negara-negara Asia saja akan tetapi juga mel;ibatkan Amerika Serikat (Soeya 2001:23). Perkembangan lingkuagan pada tahun 1980-an terdapat banyak skenario yang merangkumkan potensi besar untuk sumber daya Jepang dan Australia yang akhirnya dapat mengetahui kenapa potensi tersebut menjadi semakin berlebihan. Jika skenario kemitraan pada MFO (multi fungsi kebijakan) ini merupakan proyek yang akhirnya gagal. Kebijakan multi fungsi dengan kondisi belum sempurna telah dicetuskan olleh para ahli di Australia (Inkster 1991) dan para wartawan ( Hamilton 1991). Setelah itu program tersebut akhirnya termarjinalkan karena beberapa faktor yang di antaranya adalah karena keberadaan ’gelembung ekonomi’. Pembatalan proyek membuktikan begitu pentingnya peranan dari perencana, politikus, dan akademisi terhadap kondisi bisnis dunia seperti yang terjadi sekarang ini (Parker 1988).

B. Analisis


TUGAS MAKALAH
MANAJEMEN INTERNASIONAL
Resume dan Analisis Jurnal Manajamen Internasional

DOSEN PEMBIMBING
M. Fatkhur Rozi, MM

Oleh:
M. Adib Mawardi (06610041)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
2009
DAFTAR PUSTAKA

http://aib.msu.edu/events/2003/jim.ppthttp://aib.msu.edu/events/2003/jim.ppt

http://www.scs.unr.edu/~ystedham/480%20slides%20Spring%202004.ppthttp://www.scs.unr.edu/~ystedham/480%20slides%20Spring%202004.ppt

http://www.seba.bnu.edu.cn/tjlj/jiaoxuekeyan/ChinaIM.ppt

http://www.otemon.ac.jp/cas/pdf/30/celal.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar