Sabtu, 04 Juli 2009

Analisis Gejolak Ekonomi Manajemen Internasional


Dari wacana yang disusun oleh Cyrillus Harinowo dapat ditanggapi sebagai berikut:

1. Devaluasi dapat meningkatkan kondisi perekonomian

Besar kemungkinan bahwa devaluasi merupakan alternatif sangat tepat untuk meningkatkan perekonomian suatu negara. Dengan adanya devaluasi ini menyebabkan nilai mata uang turun dan menyebabkan harga barang akan naik. Hal ini dapat berakibat pada peningkatan produktivitas income perusahaan lokal yang selanjutnya akan menyebabkan perekonomian suatu negara dapat tumbuh lebih kokoh.

Secara riil teori sudah dicontohkan oleh Negara Inggris yang menerapkan kebijakan devaluasi sebanyak dua kali paska perang dunia II pada masa Perdana Menteri Margreth Thatcher sehingga memposisikan Inggris menjadi negara yang memiliki perekonomian kokoh pada tahun 1967.

2. Nilai mata uang bisa dikuatkan dengan menaikkan suku bunga.

Semakin meningkatnya nilai bunga bank secara tidak langsung akan menyebabkan peredaran uang pada masyarakat akan semakin sedikit yang dapat menyebabkan nilai tukar rupiah kuat. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat cenderung menginvestasikan uanngnya di sektor perbankan yang berakibat menurunnya tingkat permintaan akan terhadap mata uang. Kebijakan seperti ini sering dilakukan oleh berbagai negara ketika negaranya mangalami tingkatan inflasi yang tinggi, mulai dua digit dan seterusnya yang tujuannya agar lemahnya nilai mata uang dapat terantisipasi dengan mengurangi tingkat kebutuhan masyarakat terhadap mata uang dengan cara menyimpan uangnya pada bank.

Contoh riil dari hal ini adalah pada tahun 1997 pemerintah (BI) menetapkan suku bunga bank sentral sebesar 60 persen per tahun untuk meninngkatkan animo masyarakat agar menyimpan uangnya di bank. Kebijakan ini terbukti berhasil dengan meningkatnya nasabah yang menginvestasikan uangnya pada bank sebab dianggap sangat menarik oleh investor dibandingkan menginvestasikan uang pada sektor riil.

Kebijakan untuk meningkatkatkan nilai suku bunga ini tentu harus dilakukan dengan sangat hati-hati meskipun berperan sebagai responsive sektor moneter terhadap perubahan perekonomian global. Sebab perubahan bunga acuan akan secara langsung berdampak pada perkembangan lembaga keuangan lain yang dalam hal ini khusunya adalah pasar modal dan juga terhadap sektor riil.

Kontradiksi antara pasar modal, sektor riil terhadap suku bunga acuan memang merupakan suatu keniscayaan yang dalam hal ini masih dapat dicarikan alternatif terbaik sehingga tujuan negara terhadap sektor perekonomian dapat terealisir. Yakni dapat memiliki kondisi moneter yang kuat juga tetap aktif dalam mengembangkan perekonomian.

3. Sikap tanggap terhadap perubahan ekonomi sangat perlu dilakukan untuk tetap menstabilkan perekonomian negara

Hal ini tujuannya tidak lain adalah sebagai antisipasi berbagai kemungkinan yang ada. Sehingga kemungkinan buruk yang berasal dari mitra ekonomi dapat dicarikan solusinya. Kerjasama ekonomi yang baik antar Negara tidak menutup kemungkinan adanya kecurangan dari salah satu pihak. Berikut contoh kecurangan dari mitra ekonomi yang dapat merugikan perkembangan ekonomi suatu negara:

Kasus ini dapat direfleksikan pada kondisi krisis yang terjadi pada tahun 1997. Pada saat itu terjadi peristiwa di mana seluruh negara yang memiliki hutang pada Negara AS membayar hutang yang pada saat jatuh tempo yang sama. Pihak AS yang ‘nakal’ sengaja lebih dulu merekomendasikan kepada salah seorang kolehanya yang dalam dunia internasional dikenal bernama George Soros saat itu untuk menyimpan dolar pada jumlah yang sangat banyak sehingga para debitor dari negara lain yang tidak memiliki devisa dalam jumlah banyak akan membelinya dari sana.

Hal yang akan terjadi sudah pasti dapat diduga, bahwa teori kebutuhan pada suatu barang yang tidak diimbangi dengan pasokan barang yang ditawarkan tentu saja akan menjadikan nilai barang akan meningkat. Mengingat bahwa pada saat itu negara-negara debitor yang memesan dolar dalam jumlah banyak berdampak pada nilai dolar AS melambung, yang merupakan ‘hujan uang’ bagi negara Amerika dan defisit para debitornya.

Sebenarnya jika berkaca dari kasus ini Indonesia pada masa ke depan dapat menyimpan devisa yang cukup sebelum melunasi hutangnya ketika jatuh tempo, sehingga ketika melakuakan pembayaran Indonesia tidak perlu mengkonversi Rupiah ke dalam mata uang lain. Hal ini untuk menghindarkan adanya pemanfaatan situasi dari salah satu pihak yang berkepentingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar